Waiting for Idol (Menunggu Sang Idol)*

“Waiting for Godot.” Photo by Craig Schwartz.

By Sleezevil**
(submission untuk sebuah zine fandom subkultur di jakarta)
Alkisah ada dua sahabat bernama Vladimir dan Estragon, mereka wota, keduanya memiliki oshi yang berbeda.Vladimir mengoshikan Veranda, sedangkan Estragon mengoshikan Lidya. Bagaimana latar belakang kehidupan Vladimir dan Estragon, kita tak pernah tahu. Siapakah Veranda dan Lidya, hanya wota yang tahu. Apakah itu wota? Kita semua tahu. Setidaknya Vladimir adalah seorang ayah dengan satu anak, sedangkan Estragon seorang jomblo dengan banyak kegiatan. Keduanya sering bertemu di sebuah warung angkringan jalanan yang berada di Selatan Jakarta.

“Veranda belum memposting foto, rakyat berdoa minta hujan juga percuma.” kata Vladimir kepada Estragon, sambil menyeruput kopi jahenya.

“Kita terlalu banyak mengeluh dan berdoa, tapi tak berbuat apa-apa. Lebih baik kita menertawakan diri kita. Seperti kata Lidya si lucuterus.” kata Estragon.

Vladimir percaya bahwa kejadian-kejadian besar di dunia dipengaruhi oleh Veranda. Misal konflik timur-tengah, kebakaran hutan,melemahnya rupiah terhadap dolar, atau penderitaan umat manusia. Jika sekedar minta hujan,maka cukup menunggu Veranda sharing fotonya di twitter, dan hujan akan turun.

 Estragon percaya bahwa penderitaan manusia dan segala masalah di dunia hanya bisa diselesaikan dengan tertawa.Estragon percaya bahwa Lidya adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar manusia. Semua celetukan lucu Lidya di twitter dan youtube selain membuatnya tertawa, juga membuatnya makin sayang.

“Negara ini harus dipimpin oleh seorang Idol!”,kata Estragon tiba-tiba

“Kenapa begitu?” Tanya Vladimir

“karena semua rakyat adalah wota di mata pemimpin Idol. Dan semua wota adalah sama derajatnya, baik di Jakarta maupun di Milan.Baik mahasiswa miskin maupun ekspatriat kaya. Rakyat akan melupakan penderitaan-penderitaannya. Rakyat akan menari dan menyanyi serta rajin menabung. Tapi, pemimpin itu haruslah seorang Lidya” jawab Estragon.

“Nga bisa, Veranda akan lebih dicintai rakyat. Veranda adalah center senbatsu.”sanggah Vladimir

“hmm,itu karena demokrasi. Di luar sana, banyak rakyat pendukung Lidya yang tidak mengikuti pemilu karena menolak demokrasi,jumlahnya puluhan juta,tapi ngomong doang vote kagak.” Kata Estragon sambil bingung antara ingin mengambil mendoan atau tahu.

“Aku tak peduli siapa presidennya dan bagaimana nasib rakyat. Kekuasaan Veranda meliputi langit dan bumi. Dialah Yang Maha Elok. Kita sebagai manusia hanya bisa mengagumi dan berserah diri. Namun jika presiden haruslah seorang Idol, maka Veranda-lah jawabannya” kata Vladimir sambil mengunyah pisang goreng.

“Lidya adalah manifestasi Semar, Manunggaling Kawula Gusti. Ia adalah manusia biasa yang menebarkan kelucuan.Ia membuat saya melupakan masalah-masalah saya, seperti jodoh misalnya. Itu masalah pelik, dan hanya Lidya-lah penyembuhnya. Masyarakat kita kekurangan tertawa, tontonan di TV sudah tidak lucu lagi malah membuat bodoh. Sedangkan mahasiswa kita sudah tercuci otaknya oleh media sosial,membuat hidup mereka penuh kepalsuan. Kita harus mencuci otak generasi ini,,dengan kelucuan seorang Lidya” jelas Estragon.

“Kau kira hidup kita tidak palsu?kau pikir kita juga tidak tercuci otaknya?” tanya Vladimir
“oleh siapa?” balas Estragon

“Aki-P, sang arsitek! Ia mendesain semua plot ini!”seru Vladimir

“Tapi kita sadar dan mengakuinya. Kita adalah wota sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Kita adalah pengejawantahan dari kepasrahan diri terhadap hamba-Nya. Kita adalah simbol dari keikhlasan, kita mendukung oshi dengan tulus tanpa imbalan bahkan warokan. Kita adalah bentuk resistensi ditengah masyarakat yang mencibir kita, kita adalah minoritas yang dianggap sesat, namun kita lebih memahami kebahagiaan ketimbang mereka. Kita adalah simbol toleransi masyarakat sebenar-benarnya, kita memiliki oshi yang berbeda-beda, namun saling mendukung. Kita adalah pengejawantahan dari koeksistensi. Jadi kukira, jika pemimpin kita adalah Idol, kita bisa membangun peradaban baru.” Kata Estragon dengan serius sambil memegang mendoan di tangan kanannya.

“Toleransi? Bagaimana pendapatmu bila Idol kita berpacaran? Atau menikah muda?kukira itu akan mempengaruhi stabilitas politik dan ketahanan nasional.Wota secara naluri tidak pernah memiliki toleransi terhadap Idol-nya” sanggah Vladimir

“Aku  justru akan menangis bahagia, kebahagiaan Idol adalah kebahagiaan kita juga. Namun sebaiknya Idol menyembunyikan kehidupan percintaannya, kita harus bertoleransi kepada wota-wota yang fakir cinta. Mereka membutuhkan beberapa sedekah pengharapan dan hirauan dari sang Idol. Ingatkah kau tentang kisah Idol pada jaman dahulu, dimana ia berpura-pura mengungkapkan cinta kepada penggemarnya, agar supaya mereka melupakan penderitaan-penderitaan hidupnya? Kukira itu sebuah kisah yang sangat terkenal..”,timpal Estragon

“maksudmu, sang Idol memberi realita palsu kepada penggemarnya? Ah bagaimana mungkin itu! Bagiku Veranda adalah idol tertinggi, alam semesta mendukungnya,ia memiliki aura itu, dan semua yang ia lakukan adalah semata-mata untuk kebaikan umat!” kata Vladimir bersemangat seperti seorang calon kepala daerah.

“itu karena kau masih polos!umurmu tua tapi pikiranmu polos. Dahulu kala ada wota bernama Baudillard, dia sama menyedihkan seperti kita, hanya berasal dari yurop. Menurut dia Idol dan Wota adalah ‘simulakrum’atau realitas semu, replika dari konsep pop-star. Penggemar membentuk Idol mereka dan begitu pula sebaliknya, Idol membentuk penggemar mereka. Bedanya, mereka saling berinteraksi langsung. Mereka sadar sedang berada pada realitas semu. Mereka sadar bahwa mereka adalah obyek komersialisme dari budaya pop, namun menurut si Baudillard, Aki-P-sang arsitek- tidak hanya menitik beratkan pada penjualan produk akhir,namun proses perkembangan Idol yang berjalan sesuai interaksi antara Idol dan wota dialami secara sadar dan menghasilkan keuntungan jangka panjang yang lebih besar. Ini tak ada bedanya dengan kapitalisme. Ini membuat wota mau tak mau harus terjebak dalam dunia fandom yang menguras uangnya.” kata Estragon dengan lancarnya seperti seorang mahasiswa filsafat yang tak pernah lulus.

“tapi,bukankah kita menikmatinya?aku tidak merasa rugi lagipula,,baik waktu maupun harta” sanggah Vladimir

“Ya,benar! Aku juga tidak peduli, yang penting bahagia!”kata Estragon dengan lantang
“Jadi menurutmu, Lidya atau Veranda yang lebih pantas?” Tanya Vladimir.

Mereka kemudian berdebat panjang tentang siapakah yang layak menjadi presiden, Lidya atau Veranda. Begitulah ritunitas mereka setiap malam, berdebat tentang idol di sebuah angkringan. Sudah tiga tahun mereka melakukan itu. Sampai sang pemilik angkringan menikah dan memiliki dua anak. Hingga pada suatu malam, sambil mengunyah sate usus dan berpikir lama,Estragon berkata,

“Kita tidak bisa terus berdebat,ini sudah tiga tahun dan kita terus berdebat tentang Lidya dan Veranda. Kita harus menemui mereka.” ,kata Estragon.

“siapa?” ,tanya Vladimir

“Lidya dan Veranda tentu saja! Kita sudah tidak lagi memiliki pemimpin dengan akal sehat, kita harus meminta Lidya,atau Veranda,yang akan memimpin negeri ini.Kita harus menanyakan langsung!” kata Estragon

“maksudmu, bertemu langsung? Aku tak bisa.Aku tak kuasa menemui Veranda langsung. Aku cuma manusia biasa,lagipula, jika sampai istriku tahu, aku tak akan bisa pulang ke rumah.” ,kata Vladimir.

“Jadi kau tak pernah menonton theater? kapan terakhir kali kamu bertemu Veranda?”Tanya Estragon.

“setiap malam, dalam doaku..ia juga kerap muncul dalam mimpiku” kata Vladimir dengan muka serius.

“Berak. Yang perlu kita lakukan hanyalah pergi menemui mereka dan menyampaikan aspirasi kita. Aku bisa bertemu Lidya di depan pintu theater. Ia sering menjelma menjadi satpam disana.” Kata estragon

“ tapi itu terlalu frontal.Kita butuh sebuah sistem, bukan tindakan lapangan yang norak. Kita harus menyampaikannya ke Aki-P, direktur tertinggi manajemen Idol. Kita adalah wota yang intelek, kalau mereka tak mau menyampaikan, kita tuntut ke pengadilan “,kata Vladimir

“kau punya kenalan ‘sky-man’? mungkin itu bisa membantu.” kata Estragon

“Aku tak percaya sky-man, mereka hanyalah cerita rakyat,mitos. Lagipula Veranda Sanctuary sudah bubar, mungkin anggotanya sudah bertobat atau tersesat. Yang bisa kita lakukan adalah dengan Twitter, kita mention sendiri secara langsung Veranda dan Lidya” jawab Vladimir.

“Twitter tak pernah dibaca Idol dengan serius, aku sudah mencobanya ratusan kali tapi tidak pernah digubris.Aku sudah mention Lidya untuk mengajukan diri menjadi presiden bahkan sebelum pemilu dimulai. Sekarang lihatlah, masyarakat kita sudah kehilangan rasa humornya, mereka fakir lucu, yang tersisa hanyalah kebodohan.” Kata Estragon.

“ya, dan bencana ada dimana-mana..Kita butuh Veranda untuk bertindak. Baiklah, kita harus menemuinya langsung, kita akan pergi ke theater bersama. Hari apa ini? Siapa tim yang tampil hari ini?”Tanya Vladimir

“Tim J, tapi sepertinya Lidya menjelma menjadi satpam hari ini, jadi kita bisa menemui mereka.” Jawab Estragon

“ Oke. Habiskan dulu sate ususmu, lalu kita pergi ke theater menemui Veranda dan Lidya”kata Vladimir.

Akhirnya mereka berdua berboncengan menuju theater di sebuah mall di bilangan Senayan. Mereka tidak membeli tiket theater karena mahal, jadi mereka hanya menunggu hingga pertunjukan theater usai. Akhirnya mereka memutuskan menunggu di warung angkringan di depan mall.

“Rasa-rasanya, kita pernah melihat angkringan ini..” kata Vladimir

“Ya ini adalah angkringan yang sama yang selalu kita datangi setiap malam, lihat! Bahkan penjualnya pun sama” kata Estragon.

“Aku tidak ingat, entahlah..yang kupikirkan setiap hari hanyalah Veranda.”kata Vladimir sambil menerawang ke arah mall.

Sembari duduk di angkringan dan menunggu, mereka memesan minuman. Tiba-tiba muncul dua orang wota –terlihat dari kaos yang dikenakan- datang dan duduk di angkringan. Vladimir dan Estragon tak berkata-kata, hanya memperhatikan mereka dan menguping pembicaraan.

Wota 1 :” tim K5 memang selalu lebih lincah dari tim J3”

Wota 2 : “tapi gerakan blokingan tim J3 lebih  sempurna, apalagi Tuti centernya.”

Vladimir menyeletuk , “ Siapa Tuti?”

Wota 2 : “Kapten tim J3, bang.”

“ J3 ? demi Veranda, apa maksudmu?” Tanya Vladimir dengan bingung.

“apakah Veranda tidak show di theater hari ini?” Tanya Estragon.

Wota 1 : “Veranda?Kak Veranda sudah grad dua tahun lalu,bang.”

Wota 2 : “KakVeranda dan teman-teman tim J sudah bikin band baru sekarang, aliran EDM, Electronic Dance Music. Sudah ngeluarin dua album bareng pacarnya, Al.”

Wota 1 : “Al apa Dul ,ya?”

Wota 2 : “atau El ya? Lupa..”

“Apa maksudmu? Dua tahun lalu? Memangnya tahun berapa sekarang?” Tanya Vladimir dengan muka bingung.

“ Tahun 2018,bang. Bentar lagi pemilu presiden” jawab penjual angkringan.

“ demi Lidya…” kata Estragon


-end-
* terinspirasi dari drama”Waiting for Godot”, karya Samuel Beckett. 1949
** Sleezevil adalah nama pena dari seorang super fansfar. Saat ini sedang berusaha menyelesaikan studinya di Milan, berusaha untuk selalu lvcvtervs.




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer